Persis berawal dari suatu kelompok tadarusan di kota Bandung di bawah pimpinan H.Sejak awal pendiriannya, Persis lebih menitik beratkan perjuangannya pada dakwah dan pendidikan Islam.Gerakan-gerakan modern Islam muncul bersamaan dengan lahirnya kesadaran nasional yang diwujudkan dalam wujud pergerakan nasional.
Kedua gerakan itu berjalan beriringan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan. Semua gerakan ini berdasarkan ajaran-ajaran salaf dan reformis. Bersama dengan jamaahnya, mereka mengkaji serta menguji ajaran-ajaran Islam. Mereka menjadi sadar bahaya keterbelakangan, kejumudan, penutupan pintu ijtihad, taklid buta, dan serangkaian bidah. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. Mereka tidak terlalu berminat menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan cabang tergantung pada inisiatif peminat semata dan bukan didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinan pusat. Aktivitas pun berakar pada shalat Jumat ketika anggota datang bersama-sama dan mengikuti kursus-kursus pengajaran agama yang diberikan sejumlah tokoh Persis. Perlu diketahui seluruh aktivitas dakwah Persis diprakarsai dan dibiayai sendiri oleh kedua pendirinya yang berprofesi sebagai wirausahawan. Menurut Dadan Wildan dalam Sejarah Perjuangan Persis, Sejak masuknya Ahmad Hassan, Persis memiliki guru utama dalam menyampaikan ajaran Islamnya. Ia adalah keturunan keluarga India Tamil yang menetap di wilayah itu. Meskipun tidak menuntaskan pendidikan sekolah dasar, tetapi Ahmad Hassan sejak kecil telah memperoleh pendidikan agama yang kuat dari berbagai ulama terkenal di Singapura dan Sumatra. Di samping masyarakat yang jumud, tantangan juga datang dari pemerintah kolonial. ![]() Setelah reorganisasi tahun 1948, Persis berada di bawah kepemimpinan K. Persis mengeluarkan sejumlah manifesto politik yang isinya sebagian besar menolak konsepsi Soekarno tentang Nasakom, bahkan Isa Anshary membentuk front anti komunis yang dalam prakteknya justru membahayakan umat Islam. Dalam hal ini Abdurrahman mendapat dukungan kuat dari pimpinan pusat pemuda Persis. Melalui pertarungan yang alot, akhirnya Abdurrahman terpilih menjadi ketua umum Persis melalui referundum. Jika pada masa kepemimpinan K.H. Isa Anshary, Persis lebih kental dan akrab dengan politik praktis, maka pada masa kepemimpinan baru ini Persis tidak begitu memperdulikan politik. Bahkan Abdurrahman mengeluarkan Tausiah (fatwa) yang melarang semua anggota dan pesantren serta ustaz untuk aktif di bidang politik praktis.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |